Senin, 27 Agustus 2012

Tak terjadi setiap saat dan di sembarang tempat, ketika seorang pemimpin menyediakan diri untuk bertemu langsung dengan rakyatnya, menyapa satu per satu, berjabat tangan, bahkan saling memaafkan dan mendoakan dalam susana yang begitu damai dan menenteramkan hati. Ikatan batiniyah yang dibatasi bentangan jarak, seolah tersemaikan dan terpupuk kembali dalam sebuah kesempatan lahiriyah yang langka.

Dimanapun, kedekatan rakyat dengan pemimpinnya selalu menawarkan harapan yang lebih baik demi menghadapi dan menyelesaikan berbagai permasalahan bersama di masa mendatang.

Suasana tenteram dan damai itu terpancar jelas dalam dalam acara Open House bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X yang digelar di Pagelaran Kraton Kasultanan Yogyakarta, Jumat, 24 Agustus 2012 lalu. Meski telah menjadi agenda yang rutin diselenggarakan setiap tahun, antusiasme warga masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya untuk hadir sepertinya tak pernah surut. Sebuah kesempatan langka untuk bertemu, bertatap muka dan berjabat tangan langsung dengan pemimpin yang disegani sekaligus raja yang sangat dihormatinya.

Jauh sebelum acara dimulai, ribuan orang telah memadati seputar Alun-alun Utara serta Pagelaran Keraton Kasultanan Yogyakarta. Sebagian diantaranya bahkan telah hadir sebelum adzan Subuh berkumandang. Setelah fajar menyingsing, ratusan tempat duduk yang disediakan pun telah ditempati oleh ratusan warga masyarakat yang menyempatkan diri untuk hadir lebih awal.

Acara langsung dimulai sekitar pukul 08.30 WIB, saat Sri Sultan Hamengku Buwono X hadir memasuki Pagelaran didampingi Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam IX. Sultan langsung menerima dan menyalami satu per satu warga masyarakat yang dengan sabar dan tertib telah menunggu kehadirannya.

Sebagaimana berlangsung di tahun-tahun sebelumnya, tatacara seremonial serta kata sambutan memang sengaja ditiadakan. Karenanya, suasana menjadi begitu hangat, akrab dan jauh dari kesan formal. Open House tahunan sekaligus halal bi halal selepas bulan suci Ramadhan ini memang digelar secara khusus sebagai kehendak Sultan untuk secara pribadi menerima dan bertatap muka langsung dengan masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

Menurut KRT. Jatiningrat, salah satu pengageng Keraton Kasultanan Yogyakarta, tradisi syawalan di keraton ini sudah sejak lama diselenggarakan dan dikenal dengan istilah ngabekten. “Sultan selalu menggelar kegiatan ini setiap tahun sejak dinobatkan pada tahun 1989 dan tidak pernah lowong”, tutur Romo Tirun, sapaan akrab KRT. Jatiningrat.

Dalam tradisi ngabekten, Sultan menerima sungkem dan tanda bakti dari para kerabat dan abdi dalem. Pada hari pertama, segera setelah berlangsungnya Sholat Ied dan menjelang berlangsungnya upacara Garebeg Syawal, upacara ngabekten diselenggarakan di Bangsal Kencana khusus bagi kerabat dan abdi dalem kakung (laki-laki) dan dilanjutkan pada hari berikutnya di Tratag Bangsal Proboyekso bagi para kerabat dan abdi dalem putri.

Berbeda dengan ngabekten yang diselenggarakan untuk kalangan terbatas dalam lingkungan keraton, open house lebih ditujukan bagi warga masyarakat luas di luar tembok keraton. “Jika ngabekten diselenggarakan sebagai wujud kesetiaan kepada seorang pemimpin, maka open house seperti ini digelar sebagai bentuk keinginan pemimpin untuk senantiasa dekat dengan masyarakatnya”, papar Romo Tirun.

Tradisi open house mulai rutin digelar semenjak Sri Sultan Hamengku Buwono X menjabat sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 1998. Tahun ini adalah untuk kedua kalinya acara ini digelar di Pagelaran Keraton, berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang diselengarakan di Bangsal Kepatihan Yogyakarta.

Meski masyarakat yang hadir diperkirakan lebih dari 10.000 orang, namun suasana tetap tampak tertib dan nyaman. Mereka disambut dengan ramah sebagaimana layaknya para tamu Sultan. Setelah berjabat tangan, setiap tamu dipersilahkan untuk menikmati suguhan makanan dan minuman yang telah disediakan. Pelayanan khusus juga diberikan kepada para penyandang cacat serta warga masyarakat berusia lanjut, agar tidak mengalami kesulitan dalam antrian yang begitu panjang.

Ketertiban dan kenyamanan ini tak lepas dari peran serta lebih dari 1.500 orang relawan dari berbagai elemen masyarakat yang terlibat langsung dalam dalam penyelenggaraan acara ini, baik yang bertugas di lingkungan Pagelaran maupun yang tersebat di berbagai titik strategis di seputar Keraton Kasultanan Yogyakarta.

Teks & Foto: Agus Yuniarso untuk Kabare Magazine.

This post have 0 Comment


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Subscribe
Boleh Juga Inc.