Sabtu, 24 Agustus 2013

Berlokasi di tepi sungai Chao Phraya, Kota Bangkok yang telah menjadi ibukota Thailand selama lebih dari dua abad, adalah satu dari sedikit kota besar di dunia yang mampu mempersandingan unsur-unsur tradisional dengan modernisme. Di sela gebung-gebung pencakar langit, Skytrain yang membelah kota dengan kereta cepatnya, jaringan kereta bawah tanah serta pusat belanja dan hiburan bertaraf internasional, situs-situs warisan kuno dari masa lampau masih tegak berdiri dan terjaga lestari. Semuanya berbaur harmonis menyuguhkan daya tarik wisata di Negeri Gajah Putih ini.

Salah satu warisan kuno yang begitu menarik dan “wajib” dikunjungi adalah Wat Phra Chetuphon, atau yang lebih mudah diingat dengan sebutan singkatnya “Wat Pho”. Nama resminya sendiri cukup panjang, yaitu “Wat Phra Chettuphon Wimon Mangkhlaram Ratchaworamahawihan”. Kuil tertua dan terbesar di Kota Bangkok yang dibangun pada tahun 1668 ini begitu dikenal seantero dunia, karena disinilah terdapat sebuah patung Buddha berukuran raksasa dalam posisi berbaring. Patung sepanjang 46 meter dengan tinggi 15 meter ini dikenal sebagai The Reclining Buddha, sementara Wat Pho, kuil yang ditempatinya dikenal sebagai The Temple of the Reclining Budhha yang menjadi salah satu ikon Kota Bangkok.

The Reclining Buddha, sungguh sebuah karya yang begitu indah dan istimewa. Adegan tidur yang digambarkan oleh patung ini bertujuan untuk mengenang saat Sang Buddha beranjak memasuki nirwana. Seluruh tubuh patung berlapiskan emas 18 karat, sementara bagian mata dan kaki Sang Buddha berlapiskan kulit kerang mutiara. 108 lambang suci Sang Buddha terukir pada kulit kerang mutiara di bagian kakinya. Sejumlah lukisan dengan nuansa merah bergoreskan tinta emas menghiasi dinding-dinding yang mengelilinginya.

Wat Pho terletak di distrik Phra Nakhon, tak seberapa jauh dari Grand Palace. Untuk memasuki kuil yang dibuka dari pukul 08.00 pagi hingga pukul 05.00 sore hari ini, setiap pengunjung dikenakan biaya sebesar 50 Baht sekali masuk, ditambah tips bagi guide yang besarnya tergantung dari jumlah pengunjung yang menggunakan jasanya.

Sebagaimana layaknya obyek wisata yang sekaligus juga menjadi tempat peribadatan, pengunjung diwajibkan untuk berpakaian sopan selama memasuki kuil ini. Sepatu juga harus dilepas dan diletakkan di tempat yang tersedia.

Wat Pho juga menjadi biara sekaligus tempat pendidikan bagi para biksu. Dalam budaya Thai, remaja laki-laki yang telah menginjak usia 20 tahun wajib berguru di kuil selama 3 bulan untuk mempelajari nilai-nilai Buddhisme, seperti larangan untuk membunuh, berbohong, minum minuman keras, tidak boleh bercerai dan sejumlah tata nilai untuk menyikapi perkembangan modernisme di negerinya.

Para gadis yang menghadapi pernikahan biasanya juga mengajak calon pasangannya untuk datang ke kuil, dengan harapan jika telah resmi kelak akan menjadi suami sekaligus ayah yang baik sesuai ajaran Buddha. Salah satu cara untuk menyampaikan permohonan dilakukan dengan memasukkan koin ke dalam mangkuk-mangkuk logam, sembari menyebutkan niat dan tujuannya. Acapkali, begitu banyaknya pengunjung yang melakukan permohonan, hingga menimbulkan bunyi gemerincing lemparan koin yang menjadi salah satu ciri ruang utama kuil ini.

Patung-patung Sang Buddha yang banyak terdapat di Wat Pho secara umum terdiri dari 3 kelompok, yaitu dalam posisi berdiri, tidur dan duduk. Dalam kelompok posisi duduk terdapat 394 buah patung yang menggambarkan sejumlah makna, seperti menghentikan iblis, meditasi, memberi berkah, menghentikan kekerasan serta ketenangan.

Sementara arsitektur bangunannya yang begitu khas juga menyimpan beragam makna. Adanya patung Sangkha misalnya, perpaduan wujud antara naga, garuda dan singa yang menjadi simbol perlindungan yang memadukan karakter dan kekuatan masing-masing hewan. Garuda sendiri merupakan simbol Dewa Wishnu yang melindungi rakyat dan menjadi kepercayaan rakyat Thailand bahwa raja merupakan titisan dari Dewa Wishnu.

Semburan warna-warni yang menghiasi atap di sejumlah bangunan melambangkan bentuk pelangi yang dipercaya sebagai titik awal di muka bumi untuk mencapai surga.

Satu hal yang menarik, Wat Pho juga dikenal sebagai tempat kelahiran sekaligus pusat pengobatan dan pemijatan tradisional khas ala Thailand. Sekolah pengobatan dan pemijatan tradisional telah dibuka di kuil ini sejak tahun 1962, berdasarkan inskripsi medis kuno yang tersimpan di dalam kuil sebagai acuan treatment-nya. Karenanya, jangan lupa untuk menyempatkan diri untuk mencoba. Dan para therapist serta pemijat tradisional terbaik telah siap untuk melayani Anda.

Sumber: Artin Wuriyani. Teks: Agus Yuniarso untuk Kabare Magazine.

This post have 0 Comment


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post

Advertisement

Subscribe
Boleh Juga Inc.